Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed Dorong Keemasan Kembali Bercahaya

emasnaik.com – Baru-baru ini pasar mulai semakin optimis bahwa The Fed bakal melakukan pemangkasan suku bunga sebelum akhir tahun. Data inflasi Amerika Serikat, khususnya indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), tumbuh sekitar 2,7 % secara tahunan di bulan Agustus. Nilai ini sesuai ekspektasi pasar dan memperkuat ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter.

Alat pasar seperti CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa probabilitas pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed di Oktober kini mencapai sekitar 88 %, sementara peluang di Desember berkisar 65 %.

Emas Kembali Menyala

Signal tersebut langsung berdampak pada harga emas. Logam mulia ini menguat 0,8 % di pasar spot ke level sekitar US$ 3.778,62 per troy ounce. Jika dilihat sepanjang minggu, kenaikannya mencapai sekitar 2,5 %.

Tidak hanya emas spot, kontrak berjangka emas untuk pengiriman Desember turut menguat sekitar 1 %, berada di kisaran US$ 3.809 per troy ounce.

Logam mulia lain juga menunjukkan reli. Perak naik 2,6 % ke sekitar US$ 46,41, mencapai level tertinggi dalam sekitar 14 tahun. Platinum melonjak 2,5 % ke sekitar US$ 1.568,21, dan palladium menguat 2,8 % ke kisaran US$ 1.284,77.

Faktor Pendukung & Risiko

Pelemahan dolar AS menjadi salah satu pendorong utama kenaikan harga emas. Saat mata uang AS melemah, harga emas dalam denominasi mata uang lain menjadi lebih menarik.

Pemangkasan suku bunga juga menekan imbal hasil riil obligasi. Karena emas tidak memberikan bunga, biaya peluang memegangnya menjadi lebih rendah. Kondisi ini semakin menguatkan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

Namun harus diingat: ekspektasi ini belum pasti. Bila inflasi kembali melonjak atau The Fed bersikap hati-hati dalam pelonggaran, harga emas bisa kembali terkoreksi.

Implikasi untuk Investor & Pasar Indonesia

Bagi investor lokal, momentum ini bisa menjadi peluang masuk ke instrumen berbasis emas, baik fisik maupun ETF emas. Apalagi jika rupiah stabil atau menguat terhadap dolar AS.

Di sisi pasar global, arus modal ke aset safe haven seperti emas juga berpotensi meningkat. Hal ini bisa berimplikasi pada pasar keuangan negara berkembang seperti Indonesia.

Namun investor harus tetap waspada: komunikatif terhadap perkembangan kebijakan The Fed dan data ekonomi AS menjadi kunci agar strategi tidak terbawa imajinasi semata.

Secara keseluruhan, emas kembali “mengilap” di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Jika prediksi ini menjadi kenyataan, logam mulia tersebut berpeluang menyentuh level psikologis baru di masa depan.

Previous Post Next Post