emasnaik.com – Agustus 2025, sejumlah bank sentral di dunia kembali menambah cadangan emas mereka. Menurut Krishan Gopaul dari World Gold Council, total tambahan mencapai sekitar 15 ton. Bank Kazakhstan memimpin, diikuti Bulgaria dan El Salvador.
Kazakhstan mencatat penambahan 8 ton, sehingga keseluruhan cadangannya menjadi 316 ton — naik 32 ton dari akhir 2024. Bulgaria menambah 2 ton, menjadikan cadangan negara itu 43 ton. Turki pun ikut menyuntikkan 2 ton ke dalam simpanannya, sementara Bank Rakyat Tiongkok menambah 2 ton juga. Kini, Tiongkok menyimpan lebih dari 2.300 ton emas, meski hanya mencakup 7% dari total cadangan negara itu.
Negara lain seperti Uzbekistan dan Republik Ceko juga memperpanjang tren pembelian. Ceko sudah selama 30 bulan berturut-turut menambah emas dan kini memiliki 65 ton. Ghana ikut ambil bagian dengan tambahan 2 ton, memperkuat posisinya di antara pembeli aktif tahun ini.
Penjualan Emas oleh Beberapa Negara
Meski banyak bank sentral membeli emas, beberapa negara justru melepas sebagian cadangannya. Rusia dan Indonesia menjadi contoh nyata. Rusia menjual sekitar 3 ton, sedangkan Indonesia melepas 2 ton. Menurut Gopaul, penjualan Rusia kemungkinan berkaitan dengan program pencetakan koin logam yang dilakukan pemerintah.
Polandia, yang sebelumnya dikenal sebagai pembeli besar, tetap agresif memperkuat cadangan. Bank Nasional Polandia (NBP) selama 2025 telah menambahkan 67 ton, sehingga total kepemilikan mencapai 515 ton per Agustus. NBP bahkan menargetkan porsi emas dalam cadangannya naik dari 20% menjadi 30%. Langkah ini menunjukkan keinginan kuat Polandia untuk meningkatkan stabilitas ekonomi melalui aset logam mulia.
Faktor Pendorong dan Penghambat Pembelian Emas
Harga emas yang terus menanjak menjadi tantangan utama bagi bank sentral. Kenaikan harga membuat biaya akuisisi semakin tinggi, meski daya tarik emas tetap kuat sebagai pelindung nilai. Krishan Gopaul menilai bahwa lonjakan harga bisa memicu beberapa bank melakukan penjualan taktis demi menyeimbangkan portofolio mereka.
Namun, secara keseluruhan, minat terhadap emas tidak menurun. Pembelian memang melambat, tetapi eksposur terhadap aset ini masih dianggap penting untuk mengurangi risiko terhadap fluktuasi mata uang global. Kondisi geopolitik yang belum stabil juga membuat emas tetap menjadi instrumen utama dalam menjaga kepercayaan moneter.
Implikasi Strategis bagi Ekonomi Global
Langkah kolektif bank sentral yang kembali membeli emas menandakan bahwa logam mulia ini masih memiliki peran vital dalam kebijakan moneter internasional. Dalam situasi geopolitik yang tidak menentu, emas dipandang sebagai aset aman yang memberikan stabilitas nilai jangka panjang.
Kebijakan yang ditempuh oleh negara seperti Polandia memperlihatkan bahwa keputusan menambah emas bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga strategi geopolitik dan simbol kemandirian keuangan. Pergeseran ini akan memengaruhi dinamika pasar komoditas global sekaligus memperkuat posisi emas sebagai pilar penting dalam sistem cadangan internasional.
Fenomena pembelian emas secara masif oleh bank sentral dunia mencerminkan upaya mempertahankan kestabilan ekonomi di tengah ketidakpastian global. Meski harga tinggi menjadi hambatan, tren ini menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap emas belum luntur. Baik negara pembeli seperti Polandia maupun penjual seperti Rusia dan Indonesia memiliki alasan ekonomi tersendiri. Ke depan, arah kebijakan ini akan menjadi indikator penting dalam membaca peta kekuatan moneter dunia.
