IHSG Tercatat Merah di Sesi Pagi, Investor Nyaris 19 Juta – Bos Bursa Berharap Kembali Hijau
- Ratna Dewi
- 0
- Posted on
EMASNAIK.COM – Pada perdagangan Jumat (17 Oktober 2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka melemah 0,66% ke level 8.072,67 pada pukul 09.34 WIB. Selang pukul 09.49 WIB, indeks semakin tertekan hingga 1,03% di posisi 8.041,38. Kondisi ini menandakan tekanan jual masih kuat di sejumlah saham unggulan.
Pertumbuhan Investor dan Harapan Bos Bursa
Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mencatat bahwa jumlah identifikasi investor (SID) telah mendekati angka 19 juta. Dari jumlah tersebut, lebih dari 8 juta merupakan investor saham aktif. “Sayangnya hari ini indeksnya merah, mudah-mudahan habis acara ini hijau lagi,” ujar Iman dalam sambutannya di konferensi pasar modal.
Pernyataan itu mencerminkan optimisme bahwa pasar domestik tetap solid meski indeks sedang terkoreksi. Pertumbuhan jumlah investor juga menegaskan meningkatnya minat masyarakat terhadap investasi saham, terutama dari kalangan muda dan produktif.
Mengapa IHSG Tertekan Meski Jumlah Investor Meningkat?
Tekanan pada IHSG kali ini dipengaruhi faktor eksternal, seperti ketidakpastian ekonomi global dan pelemahan nilai tukar rupiah. Selain itu, aksi ambil untung di sejumlah saham kapitalisasi besar juga menekan indeks. Volume transaksi memang meningkat, tetapi dominasi aksi jual menyebabkan pergerakan indeks tetap terbatas.
Kondisi ini menggambarkan bahwa meski basis investor meningkat, kepercayaan pasar masih terpengaruh oleh dinamika eksternal. Namun, partisipasi investor domestik yang terus tumbuh menjadi faktor penyeimbang terhadap volatilitas global.
Situasi IHSG yang melemah justru membuka peluang bagi investor jangka panjang untuk melakukan akumulasi. Dengan jumlah SID yang hampir menembus 19 juta, potensi likuiditas di pasar modal masih kuat. Investor perlu fokus pada saham berfundamental baik dan menjaga strategi investasi yang disiplin.
Bursa Efek Indonesia juga terus berupaya memperkuat edukasi pasar agar partisipasi investor baru diiringi pemahaman yang baik terhadap risiko investasi. Dengan begitu, pertumbuhan investor tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi juga berkualitas.
