Emas Diramal Ngamuk Lagi, Tembus US$ 5.000 Tahun 2026

 

Emas Diprediksi Meroket, Harga Bisa Tembus US$ 5.000 pada 2026

Gold bars and coins are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder

Harga emas global terus menunjukkan penguatan signifikan sepanjang tahun ini. Tren kenaikan tersebut semakin memicu optimisme baru, terutama setelah survei Goldman Sachs mengungkapkan proyeksi bullish dari mayoritas investor institusional.

Investor Memproyeksi Harga Emas Menembus Rekor Baru

Goldman Sachs merilis hasil survei terhadap lebih dari 900 investor institusional pada 12–14 November. Survei itu menunjukkan sebagian besar responden memperkirakan harga emas akan mencetak rekor baru dan menyentuh level US$5.000 per troy ounce pada akhir 2026. Prediksi ini muncul setelah emas melejit hingga 58,6% secara year-to-date dan berhasil menembus level psikologis US$4.000 pada 8 Oktober 2025.

Selain itu, harga spot emas terus bergerak naik. Pada akhir pekan lalu, harga naik 0,45% dan mencapai US$4.175,50 per troy ounce. Kenaikan ini semakin kuat karena pasar berharap Federal Reserve (The Fed) menurunkan suku bunga acuannya.

Sentimen Bullish Semakin Menguat di Kalangan Investor

Hasil survei menunjukkan 36% responden optimistis harga emas akan terus menanjak hingga menembus US$5.000 tahun depan. Menariknya, lebih dari 70% investor institusional memperkirakan harga emas akan bergerak naik sepanjang tahun 2026. Hanya sekitar 5% responden yang memprediksi harga emas akan kembali turun ke kisaran US$3.500 hingga US$4.000.

Transisi minat investor pun semakin terlihat. Baik investor ritel maupun hedge fund kini aktif masuk ke emas sebagai aset safe-haven. Mereka memanfaatkan emas untuk melindungi portofolio dari risiko inflasi, ketegangan geopolitik, hingga pelemahan nilai dolar AS. Di saat bersamaan, bank sentral global juga terus meningkatkan kepemilikan emas karena likuiditasnya tinggi dan risikonya rendah sebagai aset cadangan.

Dua Faktor Utama yang Mendorong Penguatan Harga Emas

Dalam survei tersebut, responden mengidentifikasi dua pendorong utama lonjakan harga emas. Sebanyak 38% responden menilai pembelian agresif bank sentral menjadi faktor utama. Sementara itu, 27% lainnya menyoroti meningkatnya risiko fiskal global sebagai pemicu kenaikan harga emas.

Tren tersebut memberikan sinyal kuat bahwa permintaan emas berpotensi meningkat dalam jangka panjang.

Analis Memperkirakan Tren Bullish Berlanjut Hingga 2026

Kepala Strategi Pasar Blue Line Futures, Phil Streible, menilai tren kenaikan harga emas masih akan berlanjut. Ia menegaskan bahwa kondisi ekonomi global mendukung penguatan emas, apalagi ketika banyak negara mengalami perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi. Kombinasi dua faktor tersebut membuat investor mencari aset lindung nilai yang lebih aman.

Investor Mulai Masuk ke Industri Pertambangan Emas

Selain membeli emas fisik dan instrumen turunan, sebagian investor mulai melirik sektor pertambangan emas. Stephen Yiu dari Blue Whale Capital, misalnya, mulai menambah posisi pada Newmont, perusahaan tambang emas terbesar di dunia.

Short seller terkenal asal AS, Carson Block dari Muddy Waters Capital, juga mengambil posisi long pada Snowline Gold, perusahaan tambang junior Kanada. Ia melihat perusahaan tersebut berpotensi menjadi target akuisisi di tengah meningkatnya konsolidasi di sektor pertambangan.

Menurut Block, Snowline Gold memiliki prospek kuat dan menarik bagi perusahaan besar yang ingin memperluas portofolio mereka.

Meta Deskripsi (YOAST SEO)

Harga emas global diprediksi terus naik dan berpotensi menembus US$5.000 pada 2026. Investor institusional menunjukkan sentimen bullish kuat, sedangkan bank sentral dan pasar tambang semakin agresif mengakumulasi emas.

Kata Kunci Utama

  • harga emas 2026
  • prediksi harga emas
  • emas global naik
  • survei Goldman Sachs emas
  • proyeksi harga emas

Slug URL (SEO Friendly)

prediksi-harga-emas-2026-goldman-sachs

 

Previous Post Next Post